 |
source : unsplash.com |
Selamat datang di rumah pendewasaan.
Sudah lama tidak berkabar, bukan berarti sedang hilang arah tanpa tujuan bisa saja sedang tersesat pada rasa malas yang dikemas dengan bungkus kesibukan.
setiap orang menganggap posisinya tidaklah mudah, benar adanya karna kita tidak terlahir sebagai orang lain bukan berarti hanya beban kita yang paling berat lalu menutup mata tentang makna bahwa setiap orang memiliki peran dan tanggungjawabnya masing-masing yang hanya mampu ditanggung oleh orang yang menjalaninya.
lagi-lagi obrolan manusia yang belum siap dengan kedewasaan adalah tentang pendewasaan. aku merasa tak pernah menulis satu rangkaian penuh secara berurut dan saling terhubung. aku menggambarkannya seperti potongan puzzle yang sebenarnya memiliki gambar yang utuh hanya saja tidak benar-benar terhubung.
jika setiap peran memiliki bebannya tersendiri, maka seharusnya tak mengapa kalau hari ini kita bercerita tentang eksistensi anak nomor dua, setidaknya dalam sebuah rumah yang aku tumbuh besar didalamnya. menjadi seseorang yang mudah pecah konsentrasinya karna distraksi kecil sangat-sangat tidak bisa diandalkan untuk menyelesaikan sesuatu secara utuh. Dalam kepalanya layaknya konstelasi luas yang penuh dengan ide-ide briliant, namun hidup dalam tubuh yang pemalas menjadikannya kerugian yang amat disesalkan.
hal lain yang perlu diketahui adalah, dikepalanya hidup serangkaian rencana indah dnegan target mewah yang jika dibayangkan saja seperti akan menjadi orang paling bahagia di dunia karena mampu menyelesaikan hal yang runut dan sukses. sangat disayangkan itu hanyalah angan. menjadi seorang introvert tidak mudah, apalagi introert yang hidup di lingkungan ekstrovert. kadang aku berpikir bahwa Allah sangat-sangat pemurahnya kepada hambaNya. tak peduli seberapa jauh sudah seorang hamba lalai dan putus asa, Allah tetap akan memeluk dan menerima hambaNya dengan begitu sejuk. tak jarang ditengah keputusasaan dan didepan gerbang kekecewaan Allah membukakan gerbang kebaikan dari arah lain yang tak pernah kita sangka.
aku pernah begitu konsisten dalam meramu tabula rasa sepersekian detik sebelum terlelap pada waktu malam, aku ingat saat pertama kali memulainya namun tak pernah ingat kapan mulai melupakan kebiasan-kebiasan baik yang sudah susah payah dibangun. hingga kini memerlukan lebih banyak waktu lagi untuk mengulang dan membangkitkan good habits itu.
Tak pernah terarah dalam menulis membuat hatiku sedih, kerena tak pernah menyampaikan suatu hal secara utuh, apakah ada spesifikasi baru bahwa selalu tidak menyelesaikan sesuatu tanpa utuh adalah sebuah konsistensi yang patut dirayakan juga?
dilihat dari keadaannya, kini ia memiliki seseorang yang bersedia untuk menjadi rumah berkeluh kesah, berbagi cerita, bertukar pendapat, atau hanya sekadar mengingatkan untuk tetap semangat. apakah hal itu diperbolehkan? bagaimana kalau pada akhirnya hanya ia yang banyak memberi beban dengan cerita-cerita penuh lukanya? (rasanya akan terlalu klise kalau aku menulis kata terakhirnya dengan kata beban atau tangis, aku tak ingin menjadikan tulisan ini seperti karya kuno yang hanya egois dengan kesahnya)
aku sering merilis mozaik, namun tak pernah mencatatnya sebagai urutan yang bisa disistematiskan. sepertinya tidak mengapa jika aku memulai mozaik baru pada hari ini.
Mozaik Pertama : Setiap hal yang kita inginkan akan tiba pada masanya, namun saat sudah tiba pada masa itu dan kamu merasa menjadi orang yang menyedihkan jika sekarang menjalani hal yang pernah kamu inginkan. maka tidak perlu menyesal, karena setiap keinginan dan Doa akan selalu sampai pada masanya. dan kita sekarangpun akan berlanjut pada rangkaian masa selanjutnya yang tak terduga. kalau sudah begitu,kita bisa apa?. Bersahabat pada keadaan, meskipun itu sangat menyedihkan dan harus menyiapkan diri dengan kesiapan matang hingga saat satu masa terlewati dan kita beranjak pada masa selanjutnya kita sudah siap menghadapinya dengan diri yang matang dan lebih tegar.
Karena memiliki Allah aku memiliki keyakinan yang sangat tinggi bahwa kehidupanku hari ini yang menurutku terlihat menyedihkan adalah bagian dari proses yang sudah disiapkan Allah untuk kita menyiapkan diri dengan bekal yang cukup hingga lebih siap menghadapi tantangan kedepannya. aku baru sadar tentang ini, hingga jika aku melihat kebelakang dan menemui masa yang serupa dengan ini aku tak pernah memanfaatkannya dengan baik, hingga saat masa itu berlanjut aku tak mampu menaklukan kesempatan yang ada. jadi tergantung dengan diri kita ingin menjadikan waktu luang sebagai kesedihan atau sebagai sarana menyipkan ragam perbelakan?. aku menanamkan hal ini kuat dalam hati bahwa Allah yang maha Besar memiliki satu ketidakmampuan, yaitu tidak mampu untuk tidak mendengar dan mengabulkan doa hambaNya. Allah sesuai dengan prasangka hambaNya.
satu Target akan menjadi sampah saat hanya menjadi pajangan di sebuah catatan. rawat target itu sebelum layu dan mati hingga akhirnya menjadi sampah.
02.44, Jakarta Timur
Rabu, 09 November 2022
keberanian yang muncul dalam menulis tulisan ini dilatarbelakangi setelah menonton film Since I Meet You, ulasan filmnya segera menyusul.
ingat Tidak? paada Rabu, 5 oktober 2022 yang lalu di jam yang sama kamu sedang menyiapkan makanan dan bersiap untuk bernagkat ke Bandara menyusul harapan yang haru kembali pada keluarganya.
Komentar
Posting Komentar