OASE ISTIMEWA DARI “NEGERI 5 MENARA” YANG BISA BUAT KAMU JADI PECINTA BUKU

Gambar
Buku adalah jendela dunia, begitu kalimat yang sering kita dengar dan banyak digaungkan. Bukankah seru rasanaya saat melihat tumpukan buku yang beragam warnanya dan kita bisa menjelajah dunia dengan jendela-jendela itu. Ya walaupun hanya sekadar mengintip dari bilik jendelanya saja. Walaupun sudah diberikan gambaran kalau buku merupkan jendela dunia tapi kalau kita tidak memiliki kunci jendelanya, atau tidak mengetahui cara membuka jendelanya maka sama saja dasarnya kita gagal menjelajah dunia. Dan tahukah kamu apakah kunci dari jendela itu? Kuncinya adalah membaca. Ya kunci yang simple dan ringan, namun selalu sulit dilakukan dengan ragam alasannya. Membaca itu juga didasarkan pada kebutuhan individu, apa yang sedang benar-benar dibutuhkan untuk tambahan informasi yang sedang dicarinya, berbicara tentang dunia buku dan baca kita kanmenjumpai ragam orang dengan karakter yang berbeda. Ada yang tipe membaca semua buku, tak memiliki kriteria khusus dalam memilih buku, tipe ini sudah t...

Berani Mengambil Resiko atau Ingin Lari dari Permasalahan?


Masalah demi masalah yang terjadi dalam kehidupan kita tidak lepas dari proses pengambilan keputusan yang ada pada diri kita. Lingkungan sekitar adalah system yang akan merekonstruksi permasalahan itu menjadi sebuah masalah yang besar atau masalah yang kecil.

            Lalu pikiran kita akan menjadi kacamata yang menilai apakah permasalan tersebut mampu diselesaikan atau tidak. Pada dasarnya tidak ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan. Karna masalah itu sendiri timbul karna adanya kesenjangan antara ekspektasi dengan hal yang tak terduga kemudian membuat sesuatu yang tampak mulus di depan mata harus tampak berantakan dan membutuhkan penyelesaian untuk merapikannya kembali.

            Lalu apakah kita sadar bahwa kitalah sumber dari segala permasalahan itu? Masalah yang terjadi akibat kumpulankeputusan-keputusan yang kita pilih pada masa lampau. Kita yang berdiri pada masa lampau merasa yakin bahwa masa depan adalah jalan yang akan membawa kita pada bangunan ekspektasi yang sering disebut dengan harapan. Namun yang berdiri pada masa lampau mengesampingkan kemungkinan bahwa bangunan sekokoh apapun juga memiliki kemungkinan untuk dapat roboh. Seperti saat kita dipilih untuk menjadi arsitek dari sebuah bangunan yang dibangun pada masa depan yang materialnya adalah yang material terbaik dari setiap perusahan sehingga kita menutup mata dari segala hal buruk yang bisa mematahkan ekspektasi kita tentang bangunan yang sangat terbaik itu ternyata juga bisa rubuh.

            Mengambil tantangan yang pilihannya adalah kalah dan menang sudah tak asing lagi ditelinga kita, bukan ? jika tak mempersiapkan diri dengan baik maka kita sudah siap kalah bahkan sebelum tantangan itu dimulai namun harapan untuk memang tetap masih ada dalam hati setiap orang. Sebaliknya juga, mempersiapkan dengan baik, mengatur strategi dengan matang, dan menyiapkan segala kemungkinan terburuk juga membuat kita berharap mendekati kemenangan. Namun kembali lagi, kita tetap tidak bisa berlepas diri dari kekalahan. Hidup juga seperti itu, kalau tidak menang ya pasti kalah. Bahkan dalam kondisi apapun, kekalahan sudah pasti menyapa kita terlebih dahulu sebelum harapan untuk memang itu ada, ini bukan seperti teori pesimisme namun menyiapkan diri dengan hati yang lapang sebelum kemenangan itu benar-benar datang.

            Lalu bagaimana saat menghadapi sebuah tantangan yang pilihannya bukan kalah dan menang lagi, tapi bertaruh pada perjalanan hidup kedepannya. Ya, hidup esok hari ditentukan oleh keputusan-keputusan yang kita ambil pada hari ini.

            Seringkali kita terjebak pada sebuah pikiran yang menguatkan kita dengan suatu alasan bahwa kita sedang berani mengambil resiko atas pilihan yang kita ambil untuk perjalanan hidup kita kedepannya, padahal yang kita lakukan tidak lain dan tidak bukan adalah ingin menghindari suatu masalah yang sedang kita hadapi saat ini. Mari kuperlihatkan contohnya:

            Pada saat ujian dari suatu bidang yang sedang kamu tekuni sedang berlangsung, kamu memilih untuk tidak mengikuti ujian tersebut karena sedang melakukan hal yang menurut kamu juga penting untuk beberapa waktu kedepannya. Kamu beranggapan dengan memilih hal yang kamu sukai ini akan membawa perjalanan kedepannya lebih menyenangkan dan kamu tidak perlu lagi susah payah untuk mengerjakan ujian bidang itu karna terlalu menguras waktu, tenaga, dan juga pikiran. Begitu menurutmu. Kemungkinannya jika kamu tidak berhasil dalam kegemaran itu maka kamu juga akan mengerjakan ujian bidang tersebut dua kali lipat dari yang seharusnya, seperti remedial besar-besaran tapi bedanya yang ini kamu sama sekali tidak mengerjakan apapun sebagai nilai awal.

            Ingin lari dari suatu masalah dengan berlindung pada rumah semu yang menawarkan harapan pada kita untuk terlepas dari beban yang harus dipikul, seperti menyelesaikan masalah dengan menambah masalah. Bukannya dapat penyelesaian tapi justru menambah masalah yang ada. Alih alih berani mengambil resiko, malah bernaung untuk melarikan diri dari masalah yang seharusnya dihadapi dengan tangguh.

            Masalah yang besar dikecilin dan masalah kecil dihilangin.

            Tidak masalah saat kita memang sudah memutuskan untuk berani mengambil resiko. Justru berani mengambil resiko adalah tindakan seorang visioner yang memiliki rencana besar kedepannya. Tapi yang harus diperhatikan adalah saat menjawab tantangan untuk mengambil resiko juga tidak boleh mengesampingkan tanggung jawab yang harus kita jalani saat ini. Biarkan semuanya sembari berjalan, jika lelah dipersimpangan jalan antara menjalankan tanggungjawab atau berorientasi pada resiko kedepannya maka tidak mengapa untuk istirahat sebentar, memikirkan ulang dengan matang apa yang seharusnya kita pilih untuk masa depan. Jangan sampai mengambil suatu amanah hanya untuk merasa terbebas dari tanggungjawab lain yang memang sedang dipikul.

            Lalu bagaimana kita tahu bahwa sebenarnya kita sudah benar-benar mengklusterkan tanggung jawab yang sedang dipikul dengan orientasi tantangan?

            Kita dapat memaknai hal tersebut apakah sudah berjalan dengan seharusnya menggunakan alat refleksi berikut,

1.      Tidak ada waktu senggang yang sia-sia, bukti bahwa kita berani mengambil resiko atas tantangan namun tidak melupakan tanggungjawab atas amanah yang harus kita pikul adalah kita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, bahkan waktu lapang kita gunakan sebaik mungkin untuk mencuri kesempatan dari setiap pembelajaran yang tertunda.

2.      Hari demi hari semakin baik dalam manajemen waktu, saat kita sadar waktu waktu harus dimanfaatkan dengan baik maka kita akan senantiasa memperlakukan waktu ibarat sahabat, yang harus selalu dibersamai dengan baik. Jangan sampai waktu yang mengatur kita juga tapi mari kita yang mengatur waktu dengan baik.

3.      Skala prioritas yang selalu diperhatikan, dengan membuat skala prioritas maka kita akan sadar kegiatan apa yang seharusnya kita lakukan terlebih melakukan kegiatan yang lain dalam satu waktu. Sehingga tujuan-tujuan apa yang kita patrikan bisa tercapai, insyaAllah.

4.      Tidak sempat memikirkan kegalauan, ini adalah hal out of the box yang saya rasakan. Dengan kesibukan yang lebih bermanfaat membuat kita lupa akan hal-hal yang memang seharusnya tidak kita pikirkan. Semua ini terjadi karna focus kita beralih pada hal-hal yang berorientasi pada masa depan dengan melakukan hal-hal yang mendukung terwujudnya tujuan.

5.      Kegagalan adalah pembelajaran, dengan mencoba banyak hal dan berteman dengan tantangan tentunya kita akan bersahabat dengan kekalahan. Menemui banyak kekalahan dalam perjalanan ini sama halnya dengan menghabiskan jatah gagal yang sudah disiapkan untuk kita, tidak mengapa, proses kegagalan harus dilalui sebelum akhirnya kita mengudara dengan kemenangan. Menjadikan kegagalan adalah pembelajaran dan pengajaran yang membuat kita lebih siap untuk menghadapi tantangan-tangan kedepannya. Mari kita mulai lagi, dan bersahabatlah dengan kegagalan agar kemenangan menjadi rumah yang akan memeluk perjalanan panjang ini.


5 hal ini kiranya yang bisa kita jadikan refleksi untuk mulai berani mencoba ranah baru, menapaki tantangan, dan berorientasi dengan segala resiko yang akan kita hadapi namun juga tidak berkedok pada asumsi melarikan diri dari masalah.

Selamat berkarya dan selamat bersahabat dengan kekalahan.

Kekalahan adalah jalan, dan kemenangan adalah rumah yang memeluk setiap harapan. Tanpa jalan yang terjal kemenangan akan terasa hambar. Tanpa perjalanan yang sukar kemenangan tak akan menyeleksi banyak orang.

Setiap kita adalah pemenang, maka temukan jalan kita sendiri tanpa membandingkan jalan yang dilalui setiap orang.

Sampai jumpa di garis kemenangan, jangan lupa mengabarkan tentang apa saja yang kamu temui di perjalanan.

Salam untukmu di masa depan.

Komentar

  1. Di setiap pilihan ada konsekuensi yang menyertai. Pertanyaannya, sudah siapkah kita dengan konsekuensi-konsekuensi yang harus kita hadapi atas pilihan kita?

    Ini sebenarnya merupakan bagian dari proses pendewasaan diri. Bertanggung jawab penuh atas pilihan kita dengan segala konsekuensinya.

    Menghindari kewajiban dengan dalih fokus pada hal lain yang lebih penting dan prioritas juga bukan pilihan yang bijaksana menurut saya. Karena in the end, kalau bicara tentang kewajiban/tanggung jawab, faktanya adalah, you can run...but you can never hide.

    BalasHapus
  2. wah, terimakasih insighnya kak. terimakasih sudah mampir kesini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIKA-LIKU PERJALAN SKINCARE UNTUK KULIT KERING VERSI ASA

PUISI AKSARAMAYA PADA MASANYA