OASE ISTIMEWA DARI “NEGERI 5 MENARA” YANG BISA BUAT KAMU JADI PECINTA BUKU

Masalah demi masalah yang terjadi dalam kehidupan kita tidak lepas
dari proses pengambilan keputusan yang ada pada diri kita. Lingkungan sekitar
adalah system yang akan merekonstruksi permasalahan itu menjadi sebuah masalah yang
besar atau masalah yang kecil.
Lalu pikiran kita
akan menjadi kacamata yang menilai apakah permasalan tersebut mampu
diselesaikan atau tidak. Pada dasarnya tidak ada permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan. Karna masalah itu sendiri timbul karna adanya kesenjangan antara
ekspektasi dengan hal yang tak terduga kemudian membuat sesuatu yang tampak
mulus di depan mata harus tampak berantakan dan membutuhkan penyelesaian untuk
merapikannya kembali.
Lalu apakah kita
sadar bahwa kitalah sumber dari segala permasalahan itu? Masalah yang terjadi
akibat kumpulankeputusan-keputusan yang kita pilih pada masa lampau. Kita yang
berdiri pada masa lampau merasa yakin bahwa masa depan adalah jalan yang akan
membawa kita pada bangunan ekspektasi yang sering disebut dengan harapan. Namun
yang berdiri pada masa lampau mengesampingkan kemungkinan bahwa bangunan
sekokoh apapun juga memiliki kemungkinan untuk dapat roboh. Seperti saat kita dipilih
untuk menjadi arsitek dari sebuah bangunan yang dibangun pada masa depan yang materialnya
adalah yang material terbaik dari setiap perusahan sehingga kita menutup mata dari
segala hal buruk yang bisa mematahkan ekspektasi kita tentang bangunan yang
sangat terbaik itu ternyata juga bisa rubuh.
Mengambil
tantangan yang pilihannya adalah kalah dan menang sudah tak asing lagi
ditelinga kita, bukan ? jika tak mempersiapkan diri dengan baik maka kita sudah
siap kalah bahkan sebelum tantangan itu dimulai namun harapan untuk memang
tetap masih ada dalam hati setiap orang. Sebaliknya juga, mempersiapkan dengan
baik, mengatur strategi dengan matang, dan menyiapkan segala kemungkinan terburuk
juga membuat kita berharap mendekati kemenangan. Namun kembali lagi, kita tetap tidak bisa berlepas diri dari
kekalahan. Hidup juga seperti itu, kalau tidak menang ya pasti kalah. Bahkan
dalam kondisi apapun, kekalahan sudah pasti menyapa kita terlebih
dahulu sebelum harapan untuk memang itu ada, ini bukan seperti teori pesimisme
namun menyiapkan diri dengan hati yang lapang sebelum kemenangan itu
benar-benar datang.
Lalu bagaimana
saat menghadapi sebuah tantangan yang pilihannya bukan kalah dan menang lagi,
tapi bertaruh pada perjalanan hidup kedepannya. Ya, hidup esok hari ditentukan
oleh keputusan-keputusan yang kita ambil pada hari ini.
Seringkali kita
terjebak pada sebuah pikiran yang menguatkan kita dengan suatu alasan bahwa
kita sedang berani mengambil resiko atas pilihan yang kita ambil untuk
perjalanan hidup kita kedepannya, padahal yang kita lakukan tidak lain dan
tidak bukan adalah ingin menghindari suatu masalah yang sedang kita hadapi saat
ini. Mari kuperlihatkan contohnya:
Pada saat ujian
dari suatu bidang yang sedang kamu tekuni sedang berlangsung, kamu
memilih untuk tidak mengikuti ujian tersebut karena sedang melakukan hal yang
menurut kamu juga penting untuk beberapa waktu kedepannya. Kamu
beranggapan dengan memilih hal yang kamu sukai ini akan membawa perjalanan
kedepannya lebih menyenangkan dan kamu tidak perlu lagi susah payah untuk
mengerjakan ujian bidang itu karna terlalu menguras waktu, tenaga, dan juga
pikiran. Begitu menurutmu. Kemungkinannya jika kamu tidak berhasil dalam
kegemaran itu maka kamu juga akan mengerjakan ujian bidang tersebut dua kali
lipat dari yang seharusnya, seperti remedial besar-besaran tapi bedanya yang
ini kamu sama sekali tidak mengerjakan apapun sebagai nilai awal.
Ingin lari dari
suatu masalah dengan berlindung pada rumah semu yang menawarkan harapan pada
kita untuk terlepas dari beban yang harus dipikul, seperti menyelesaikan
masalah dengan menambah masalah. Bukannya dapat penyelesaian tapi justru
menambah masalah yang ada. Alih alih berani mengambil resiko, malah bernaung
untuk melarikan diri dari masalah yang seharusnya dihadapi dengan tangguh.
Masalah yang besar
dikecilin dan masalah kecil dihilangin.
Tidak masalah saat kita memang sudah memutuskan untuk berani
mengambil resiko. Justru berani mengambil resiko adalah tindakan seorang visioner yang
memiliki rencana besar kedepannya. Tapi yang harus diperhatikan adalah saat
menjawab tantangan untuk mengambil resiko juga tidak boleh mengesampingkan
tanggung jawab yang harus kita jalani saat ini. Biarkan semuanya sembari
berjalan, jika lelah dipersimpangan jalan antara menjalankan tanggungjawab atau
berorientasi pada resiko kedepannya maka tidak mengapa untuk istirahat
sebentar, memikirkan ulang dengan matang apa yang seharusnya kita pilih untuk
masa depan. Jangan sampai mengambil suatu amanah hanya untuk merasa terbebas
dari tanggungjawab lain yang memang sedang dipikul.
Lalu bagaimana
kita tahu bahwa sebenarnya kita sudah benar-benar mengklusterkan tanggung jawab
yang sedang dipikul dengan orientasi tantangan?
Kita dapat
memaknai hal tersebut apakah sudah berjalan dengan seharusnya menggunakan alat refleksi berikut,
1.
Tidak
ada waktu senggang yang sia-sia, bukti bahwa kita berani mengambil resiko atas
tantangan namun tidak melupakan tanggungjawab atas amanah yang harus kita pikul
adalah kita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, bahkan waktu lapang kita
gunakan sebaik mungkin untuk mencuri kesempatan dari setiap pembelajaran yang
tertunda.
2.
Hari
demi hari semakin baik dalam manajemen waktu, saat kita sadar waktu waktu harus
dimanfaatkan dengan baik maka kita akan senantiasa memperlakukan waktu ibarat
sahabat, yang harus selalu dibersamai dengan baik. Jangan sampai waktu yang
mengatur kita juga tapi mari kita yang mengatur waktu dengan baik.
3.
Skala
prioritas yang selalu diperhatikan, dengan membuat skala prioritas maka kita
akan sadar kegiatan apa yang seharusnya kita lakukan terlebih melakukan
kegiatan yang lain dalam satu waktu. Sehingga tujuan-tujuan apa yang kita
patrikan bisa tercapai, insyaAllah.
4.
Tidak
sempat memikirkan kegalauan, ini adalah hal out of the box yang saya
rasakan. Dengan kesibukan yang lebih bermanfaat membuat kita lupa akan hal-hal
yang memang seharusnya tidak kita pikirkan. Semua ini terjadi karna focus kita
beralih pada hal-hal yang berorientasi pada masa depan dengan melakukan hal-hal
yang mendukung terwujudnya tujuan.
5. Kegagalan adalah pembelajaran, dengan mencoba banyak hal dan berteman dengan tantangan tentunya kita akan bersahabat dengan kekalahan. Menemui banyak kekalahan dalam perjalanan ini sama halnya dengan menghabiskan jatah gagal yang sudah disiapkan untuk kita, tidak mengapa, proses kegagalan harus dilalui sebelum akhirnya kita mengudara dengan kemenangan. Menjadikan kegagalan adalah pembelajaran dan pengajaran yang membuat kita lebih siap untuk menghadapi tantangan-tangan kedepannya. Mari kita mulai lagi, dan bersahabatlah dengan kegagalan agar kemenangan menjadi rumah yang akan memeluk perjalanan panjang ini.
5 hal ini kiranya yang bisa kita jadikan refleksi untuk mulai
berani mencoba ranah baru, menapaki tantangan, dan berorientasi dengan segala
resiko yang akan kita hadapi namun juga tidak berkedok pada asumsi melarikan
diri dari masalah.
Selamat berkarya dan selamat bersahabat dengan kekalahan.
Kekalahan adalah jalan, dan kemenangan adalah rumah yang memeluk
setiap harapan. Tanpa jalan yang terjal kemenangan akan terasa hambar. Tanpa
perjalanan yang sukar kemenangan tak akan menyeleksi banyak orang.
Setiap kita adalah pemenang, maka temukan jalan kita sendiri tanpa
membandingkan jalan yang dilalui setiap orang.
Sampai jumpa di garis kemenangan, jangan lupa mengabarkan tentang
apa saja yang kamu temui di perjalanan.
Salam untukmu di masa depan.
Di setiap pilihan ada konsekuensi yang menyertai. Pertanyaannya, sudah siapkah kita dengan konsekuensi-konsekuensi yang harus kita hadapi atas pilihan kita?
BalasHapusIni sebenarnya merupakan bagian dari proses pendewasaan diri. Bertanggung jawab penuh atas pilihan kita dengan segala konsekuensinya.
Menghindari kewajiban dengan dalih fokus pada hal lain yang lebih penting dan prioritas juga bukan pilihan yang bijaksana menurut saya. Karena in the end, kalau bicara tentang kewajiban/tanggung jawab, faktanya adalah, you can run...but you can never hide.
wah, terimakasih insighnya kak. terimakasih sudah mampir kesini
BalasHapus