OASE ISTIMEWA DARI “NEGERI 5 MENARA” YANG BISA BUAT KAMU JADI PECINTA BUKU

Gambar
Buku adalah jendela dunia, begitu kalimat yang sering kita dengar dan banyak digaungkan. Bukankah seru rasanaya saat melihat tumpukan buku yang beragam warnanya dan kita bisa menjelajah dunia dengan jendela-jendela itu. Ya walaupun hanya sekadar mengintip dari bilik jendelanya saja. Walaupun sudah diberikan gambaran kalau buku merupkan jendela dunia tapi kalau kita tidak memiliki kunci jendelanya, atau tidak mengetahui cara membuka jendelanya maka sama saja dasarnya kita gagal menjelajah dunia. Dan tahukah kamu apakah kunci dari jendela itu? Kuncinya adalah membaca. Ya kunci yang simple dan ringan, namun selalu sulit dilakukan dengan ragam alasannya. Membaca itu juga didasarkan pada kebutuhan individu, apa yang sedang benar-benar dibutuhkan untuk tambahan informasi yang sedang dicarinya, berbicara tentang dunia buku dan baca kita kanmenjumpai ragam orang dengan karakter yang berbeda. Ada yang tipe membaca semua buku, tak memiliki kriteria khusus dalam memilih buku, tipe ini sudah t...

CERITA PENDEK TENTANG KENANGAN


UKIRAN JENDELA

Berjalan ku susuri jalanan setapak yang sudah lama tidak ku tapaki, aku berharap masih sama seperti  5 tahun yang lalu. Ku tolehkan kepala ke kanan dan kiri melihat sekeliling Ah ternyata masih tak jauh berbeda dengan yang dulu, hanya saja suasananya sudah berbeda tidak kulihat lagi banyak anak-anak bermain disekitaran jalan setapak ini padahal dulu selalu jadi tempat paling asyik untuk bermain.

Sampailah aku ke tempat tujuanku, didepanku kini berdiri sebuah rumah tua nan kusam yang  sudah ditinggal lama oleh pemiliknya. Aku coba masuk kedalam rumah itu, tap.. tap.. tap.. kudengar derap langkahku sendiri. Isi rumahnya seperti barang-barang lama, debu bertebaran kemana-mana, ku coba memasuki ruangan yang tidak asing lagi bagiku, ya ruangan itu adalah kamarku. Aroma khas kamarku rasanya masih sama seperti saat  kuhuni dahulu, bunga-bunga kecil yang menempel didinding masih lengkap formasinya, ah sepertinya amak yang merawat semua ini.
Aku mencoba merebahkan tubuhku ke kasur yang sudah tidak terasa lagi ada isi kapas nya, ditimpah badan selama berpuluh tahun ternyata berhasil membuat kasur ini seperti keripik saja. 
Tapi tidak bisa ku pungkiri ada kenikmatan sendiri saat berebah disini serasa memori kanak-kanakku hingga remaja berputar didepanku.
Beranjak dari kasur ini ku coba menyingkapkan tirai jendela kamar, ku buka jendela dan terdengar suara decitan engsel nya yang sudah berkarat, udara yang masuk menerbangkan debu-debu yang berada di dalam lalu terbang menyapa hidungku.. haciiiim haciiimm… ah debu selalu saja mengusik. Ku kibas kibaskan kain ke kosen-kosen jendela untuk mengusir debu yang masih hinggap di jendela.


Kuhadapkan wajah keluar jendela menikmati terpaan angin sore desa ini, aroma rumput dan aroma kotoran sapi khas sekali didesa ini. 
“haaa terimakasih waktu telah mengantarkan aku kembali kerumah ini.’’

Ku elus kosen jendela yang masih terselimuti debu, ada bagian kosen yang sudah bolong-bolong keropos dimakan rayap kayu dan rayap waktu. Saat lapisan debu sudah sampai dasarnya, ku perhatikan lamat-lamat permukaan nya seperti ada pemandangan yang tidak asing.


‘’amak tidak setuju wa’ang menjadi penceramah seperti itu, tidak ada duitnya.’’


‘’ mak tapi ini lebih berkah, pekerjaan yang mulia. Kenapa amak selalu memaksa ambo menjadi polisi, ambo tidak suka pekerjaan itu mak. Bahkan amak dan bapak rela menjual sawah peninggalan kakek untuk memperjuangkan ambo jika ambo mau menjadi polisi, tapi ini bahkan untuk memberikan ridho saja pada apa yang ambo lakukan amak dan bapak tidak sudi, padahal pekerjaan ini jauh lebih mulia.’’


‘’tapi ini untuk kebaikan wa’ang nak, agar wa’ang mapan, supaya  amak dan bapak bisa tenang tidak khawatir memikirkan wa’ang.’’


‘’jadi amak dan bapak tidak tenang jika ambo berdakwah dijalan Allah?, baik pak mak ambo akan coba turuti apa yang bapak dan amak inginkan, semoga Allah menunjukkan kepada kita jalan yang seharusnya kita tempuh, biarkan ambo mencobanya dengan jalan yang benar mak, sawah peninggalan kakek tidak perlu dijual. ambo akan berjuang semapunya, dan jika nanti ambo tidak lulus amak dan bapak harus merestui saya merantau jauh merasakan pahitnya hidup. Ridhoi ambo atas jalan yang ambo pilih ini mak pak’’

Amak hanya mengangguk dengan menahan air mata yang hendak jatuh. Sedangkan bapak yang memang pendiam hanya duduk disudut gelap ruangan masih bertafakur dengan segelas kopinya.

‘’ambo masuk kamar dulu’’.


Hari hari selanjutnya ku lewati dengan latihan-latihan dan latihan. Pagi selesai subuh menjadi hal rutin lari pagi siang hari belajar sore hari renang dan  malam hari belajar kembali, begitulah rutinitas ku selama beberapa bulan.

Tiba waktu pertempuranku dimulai, tes demi tes telah berhasil aku ikuti setiap hasil kelulusan amak dan bapak yang selalu melihatnya sedangkan aku sudah pasrah sepenuhnya, dan di tes pantohir yang terakhir Alhamdulillah saya belum lolos artinya pintu untuk menjadi polisi telah tertutup.

Amak mengabarkan berita itu dengan wajah yang sedih dan berterimaksih pada ku karna telah mau mengikuti kemauan mereka.


‘’amak seharusnya ambo yang harus banyak berterimakasih kepada amak dan bapak karna sudah merawat dan membesarkan ambo hingga sekarang dengan penuh kasih sayang, dahulu permintaan ambo banyak sekali kepada kalian dan selalu dituruti, sekarang hanya satu permintaan amak dan bapak tapi belum bisa ambo berikan. Ambo minta maaf ya amak.’’


‘’tidak nak wa’ang sudah berusaha keras amak tau itu, amak bangga padamu begitu juga bapakmu. Benar Allah yang menyiapkan jalan tinggal dari mana kita menempuhnya, sekarang amak dan bapak percaya pada mu nak untuk masa depanmu, amak dan bapak hanya bisa membimbing dan mengarahkanmu bukan memaksamu. Mak dan bapak sekarang rela jika kau ingin merantau nak, ridho kami ada bersama mu nak, kami yakin kau sudah dewasa dan berada di jalan yang benar, engkau punya cita-cita yang mulia menjadi seorang Jamilul Quran, maafkan kami nak selama ini mata kami buta akan kenikmatan dunia untuk menjadikanmu seseorang yang dipandang baik oleh orang-orang kampong ini. Padahal selama ini cita-cita mu yang lebih baik dan bisa mengangkat derajat kita kelak di Akhirat nak. Maafkan kami nak.’’


‘’terimaksih amak dan bapak sudah mengerti dan meridhoi ambo. Ambo  minta maaf atas kesalahan ambo selama ini, ambo sudah putuskan untuk merantau ke jawa ada kenalan ambo seorang ustadz yang punya pesantren disana, insya Allah ambo ingin mondok disana mak, pak.’’


Haaaa tidak terasa pipi ku sudah basah oleh air mata saat mengingat kejadian dulu. Mak pak semoga kalian bahagia sekarang disana. Setelah  setahun saya merantau amak dan bapak dikabarkan meninggal karna kecelakaan.


Ukiran jendela ini mengingkatkan semuanya, gambaran orang yang sedang memakai topi polisi dan yang disebelahnya ada gambar buku lalu disampulnya tertulis samar bacaan Al-quran dalam bahasa arab. Mak pak sekarang anakmu sudah menjadi jamilul Quran. Ambo harap amak dan bapak bahagia duduk dikursi kebesaran dan kelak akan dipakaikan jubah kebesaran itu.


                                                                                                                                                


                                           15 okt 2018
                                                                                                                              End 12.59

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIKA-LIKU PERJALAN SKINCARE UNTUK KULIT KERING VERSI ASA

PUISI AKSARAMAYA PADA MASANYA

Berani Mengambil Resiko atau Ingin Lari dari Permasalahan?