OASE ISTIMEWA DARI “NEGERI 5 MENARA” YANG BISA BUAT KAMU JADI PECINTA BUKU

Gambar
Buku adalah jendela dunia, begitu kalimat yang sering kita dengar dan banyak digaungkan. Bukankah seru rasanaya saat melihat tumpukan buku yang beragam warnanya dan kita bisa menjelajah dunia dengan jendela-jendela itu. Ya walaupun hanya sekadar mengintip dari bilik jendelanya saja. Walaupun sudah diberikan gambaran kalau buku merupkan jendela dunia tapi kalau kita tidak memiliki kunci jendelanya, atau tidak mengetahui cara membuka jendelanya maka sama saja dasarnya kita gagal menjelajah dunia. Dan tahukah kamu apakah kunci dari jendela itu? Kuncinya adalah membaca. Ya kunci yang simple dan ringan, namun selalu sulit dilakukan dengan ragam alasannya. Membaca itu juga didasarkan pada kebutuhan individu, apa yang sedang benar-benar dibutuhkan untuk tambahan informasi yang sedang dicarinya, berbicara tentang dunia buku dan baca kita kanmenjumpai ragam orang dengan karakter yang berbeda. Ada yang tipe membaca semua buku, tak memiliki kriteria khusus dalam memilih buku, tipe ini sudah t...

Quarter Life Crisis : Harta Karun Di Balik Pertarungan dengan Diri Sendiri

    

    Memulai petualangan hidup setelah tamat Sekolah menengah Atas adalah hal yang berat, seperti itu lah  kita menganggapnya saat kita duduk di bangku sekolah. Masa Quarter Life Crisis biasanya dialami saat usia 20-30 tahun, bahkan bisa dialami lebih cepat oleh sebagian orang.

    Setiap hari, kita akan menemuk an diri kita terbangun dari tempat tidur dengan perasaan yang berawgam. Untuk orang yang mengalami keadaan Quarter Life Crisis ini akan bangun dengan keadaan menyiampan banyak pertanyaan tentang hari-hari yang akan dijalani. Bener banget sih, di usia yang akan menginjak seperampat abad ini pikiran selalu mikirin hal-hal yang kadang tuh gak terlalu penting untuk dipikirin.

    Bangun dari tidur dengan sejuta tanya yang dibawa-bawa dalam menjalani aktivitas harian bahkan pertanyaan itu dibawa kembali sampek mau tidur, pertanyaan yang sering banget muncul dipikiran kalau kita lagi ada di fase ini itu kayak "Kok hidupku gini-gini aja ya", " Kapan ya Aku bisa hidup dengan kehidupan yang selalu Aku bayangin?" Dan ragam pertanyaan lain yang kadang kita gak ketemu ujung jawabannya. Kalau lagi ngalamin ini, bener-bener kita lagi ada di fase Krisis.

    Hal-hal yang kita sebutin diatas itu, adalah sekelumit tanda-tanda Quarter Life Crisis. Sebenarnya apa sih itu Quarter Life Crisis?

    Quarter Life Crisis adalah fase pendewasaan, fase saat kita lagi galau-galaunya sama masa depan, sedang krisis emosional, dan selalu dihantui dengan perasaan takut gagal.

    Anak SMA yang baru tamat sekolah, selalu punya segudang hal yang ingin dilakukan tapi di sisi lain ada tekanan-tekanan yang harus diterima dari lingkungannya untuk dia wujudin, hal ini yang membuat dia akhirnya melakukan hal yang gak disukai Dan gak memiliki semangat atau kemauan untuk mengubahnya kembali sesuai yang dia inginkan. Pasrah terhadap realitas yang harus dijalaninya, meskipun terkadang kehidupan nya jadi lebih monoton tanpa dinamika perubahan yang dirasakannya sendiri.

    Lalu seterusnya, anak tersebut akan bangun setiap pagi, ngelakuin aktivitas Dan rutinitas yang sudah terwjadwal seperti biasanya, not feeling well, tapi semakin dirasa, kecemasan Dan kekhawatirannya tentang hidup semakin membuncah.

    Dalam perjalanan kehidupan mengarungi lika-liku perjuangan yang dilalui, ada beberapa hal yang mendasari seseorang bisa sangat mencemaskan kehidupan yang akan dijalani untuk kedepannya,

1. Saat memasuki ranah perjalanan baru, setiap orang selalu memiliki ragam pilihan yang ingin dilakukannya, hingga pada akhirnya is harus terkekang dengan satu pilihan keputusan yang mau gak mau harus dipilih. Jadi, kayak gak punya pilihan lain harus melakukan hal tersebut padahal banyak hal yang ingin dilakukannya.

2. Setelah menjalani keputusan yang diambilnya, is merasa kan kalau keputusan itu ternyata seharusnya gak dia ambil. Terjebak dalam keputusan yang selalu buat dia mengutuki dirinya sendiri kenapa harus menjalani ini semua. Hal ini akan berdampak sama semua hal yang dilakukannya bisa jadi enggak maksimal, karna ngelakuinnya dengan setengah-setengah.

    Hal a ini juga sering kita temui, di banyak perguruan tinggi, mahasiswanya merasa salah memilih jurusan, dia udah terjebak di dalam kegiatan yang sebenarnya enggak dia banget, hal ini buat dia males-malesan kuliah, kalaupun dijalani ya hanya dijalani sekadarnya saja.

3. Setelah semuanya makin berlalu, semakin dirasakan kalau dia gak nyaman dengan hal yang dijalaninya, kalaupun nyaman ya hanya monoton tanpa ada something feeling special yang harus dilakuin. Lama kelamaan dia akan melakukan penyangkalan sama dirinya sendiri kalau dia sedang baik-baik aja dengan situasi kondisi yang dijalani, gak ada yang perlu diubah, semua sudah berjalan sesuai mestinta, padahal kata baik-baik aja itu dia Sedang menutupi kecemasan yang melanda pikiran dan hatinya. Dengan penyangkalan ini dia berharap menyesuaikan dengan keadaan yang sedang dijalaninya.

4. Lalu ia mulai beranjak dari situasi stagnan yang dihadapi, kembali mengingat Dan memikirkan tentang keputusan yang sudah dipilih, daripada terpuruk dengan segala penyangkalan, ia mulai melihat perjalanan dengan kacamata masa depan, mulai fokus ke masa depan karna gak seharusnya berlarut-larut mengutuki diri dengan masa lalu yang sudah dipilihnya.

5. Di tahap penerimaan terhadap segala kondisi yang dijalani, membuat dia sadar akan proses yang memang harus dijalani, karna sebelum sampai ke tujuan akhir kita memang harus banyak melakukan perjalanan untuk paham jalan mana yang seharusnya ditempuh Dan dijalani.

    Dari sini kita mulai bisa ambil pelajaran, bahwa dalam berproses itu ya gak masalah kalau kita buat kesalahan, karna setiap kesalahan tersebut yang justru akan membawa kita pada hal-hal yang seharusnya memang kita jalani.

    Kita gak bisa menghindari setiap fase yang ada dihadapan kita, dengan semua hal tersebut, kita bisa belajar dengan tegar cara menghadapinya dan menikmati setiap prosesnya.

Dan di masa sekarang ini, kita lebih riskan dengan yang namanya Pertarungan diri sendiri,

    Kalau orang dulu bertarung dengan diri sendirinya itu gak punya patokan harus bagaimana-bagaimana, di masa ini, kita mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi, selalu dicekoki dengan hal-hal yang buat kita makin memikirkan banyak pilihan, semakin menerka-nerka Dan menimang-nimang tentang jati sendiri. Dengan adanya media sosial semua tercemar untuk menjadi sosok yang dibranding di sosial media sebagai sosok yang ideal, sehingga kita menjadikan hal tersebut sebagai tolak ukur untuk diri kita melakukan sesuatu. Alhasil banyak diantara anak muda sekarang yang justru enggak paham sama kemauan dirinya sendiri, semakin krisis identitas.

    Nah, ini ada beberapa hal yang bisa kita lakuin untuk ngecek ke diri sendiri supaya bisa lebih ngenali diri sendiri, Dan nemuin hal-hal besar yang ada didalam diri, karna ya, setiap orang memiliki kadar mutiaranya masing-masing

1. Menerima setiap perubahan, kehidupan yang baik adalah yang mengikuti kebenarannya.

Jadi saat kita, sedang cemas, membanding-bandingkan diri sendiri dental pencapaian orang lain, prestasi orang lain. Kita menerima kebenarannya, Dan juga menekankan dalam diri bahwa proses setiap orang itu berbeda-beda, dengan menyadari proses yang terjadi kita bisa lebih nerima keadaan diri tanpa membandingkannya dengan orang lain.

2. Mulai bersikap aktif Dan aware

Karna sadar bahwa kita sedang berproses, maka kita mencoba banyak hal, mencari penyebab kenapa kuta stuck dan gk mengarah ke perubahan yang lebih baik, darisana nanti kita akan dapet solusinya.

3. Sabar dalam menjalani proses

    Gak ada proses yang mudah, semuanya perlu waktu namanya juga hidup. Dengan begini kita bisa lebih bersahabat sama diri sendiri. Dan mulai melangkah dengan pasti dan kekuatan dari dalam diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIKA-LIKU PERJALAN SKINCARE UNTUK KULIT KERING VERSI ASA

PUISI AKSARAMAYA PADA MASANYA

Berani Mengambil Resiko atau Ingin Lari dari Permasalahan?