Catatan Asa-
Aku ingin lebih membentangkan buku catatan di hadapan cakrawala. Mengukir kisah perjalanan disaksikan semesta.
Aku akan terus berjalan meski tak ada yang mengiringi
Aku akan terus bercerita meski tak ada yang mendengarkan
Kita akan sampai pada fase memilukan
Bertemu dengan orang-orang yang menyukaimu dengan keburukanmu
Berjalan pada fase berbeda pendapat dengan orang-orang disekelilingmu.
Semua tentangmu, karna sekarang kamu adalah bahasa Radikal dimata mereka
Hahaa Aaaaa
Kamu yang belum biasa menjalani semua ini
Merasakan sebuah perasaan yang sangat ganjil kamu rasakan.
Rasanya hatimu seperti tertusuk benda tajam, sobek, darah mengalir dari hatimu, bertubi-tubi, lalu diberi siraman air cuka.
Entahlah, kamu menafsirkan perasaanmu saat itu seperti sangat hiperbola.
Tapi jujur sebenarnya semua itu belum cukup mendefinisikan rasa sakitmu.
Kamu mulai berjalan tertatih dengan hati yang sobek sana sini
Mulut tak lagi sanggup menyuarakan hal-hal yang perih.
Kamu sampai pada masa
dimana semua keputusanmu, ternyata adalah tentang penerimaan terhadap mereka. Bukan penerimaan terhadap dirimu sendiri
Kamu mulai berani menyuarakan segalanya
Perlahan, tanpa takut mereka akan menjauhi
Karna pada masanya kamu hanya ingin bersama dengan mereka yang se-visi denganmu
Bukan dengan mereka yang siap meleburkan semangatmu
Kini, semuanya adalah tentang perjalanan.
Kamu berada di persimpangan jalan,
Semua orang berpegang teguh pada ajarannya
Semua orang berpegang teguh pada prinsipnya
Semua orang menganggap dirinya paling benar
Hingga kamu merasa terkucilkan, karna nyatanya prinsipmu adalah tentang penerimaan.
Semua pintu tertutup rapat, tidak menerima kedatanganmu
Kamu melihat, di ujung jalan sana ada yang dalam kesesatan tapi sungguh membenarkan bahwa ini adalah jalan kebenaran
Air matamu mulai menetes
Kamu melihat di tepi bahu jalan, ada yang sungguh telah berada dijalan yang benar, namun meninggalkan saudara-saudaranya yang berteriak minta pertolongan
Kini, airmatamu mengalir deras
Lalu kamu melihat dirimu sendiri
Tenggelam dalam lautan airmata
***
31 Maret 2020
Dibalik narasi ini
1. Perdebatan dengan seseorang
2. Pengakuan seseorang yang ingin agar diriku lebih baik lagi (awalnya sakit harus mendengarkan penilaian buruk dari orang lain) tapi terimakasih, karna semua ini bukan hanya tentang Aku
3. Turun hujan di kelopak mata
4. Melantunkan sholawat "Man Ana"
5. Sembari mengiris bawang merah, bawah putih dan teman-teman seperjuangannya.
🌸🌸🌸
Catatan Asa #1
Menarik aih, sesimpel itu ya
BalasHapusTapi kl dah banyak ceritanya bisa di bukukan loh hehe
Puisi yanag menarik. Tapi saya gak tau harus berkata apa karena belum bisa memahami maknanya 😊🙏
BalasHapusCerita alurmya menarik, hobi sastra ya? dulu saya sempat di niche blog sastra. Ini membaca puisinya jadi bikin mood sastra naik
BalasHapusMengena sekali, makin dewasa, makin sedikit teman, makin mencari yang sevisi.
BalasHapusPilihan katanya begitu padat berisi ya mba. Maknanya juga bisa dirasakan secara mendalam. Kalau dibukukan juga lebih baik.
BalasHapushebatnya penulis, apalagi penulis sastra, berantem sama temen saja jadi puisi. lanjutkan mbak !
BalasHapusJadi wawa mau bikin masakan apa kok ngiri ngiris bawang merah sama bawang putih?
BalasHapusKok aku di akhir tulisan mo nangis juga yaaa duh jago deh ini udah. Bisa bikin aku nangis bacanya. Maknanya dalam sih tentang hubungan dengan manusia. Sukses terus k dan teruslah menulis seperti ini bagus
BalasHapusKeren, saya jadi pengin belajar puisi, dari dulu paling susah merangkai kata kata di puisi. bikin pusing.
BalasHapusBanyak yang mengira gampang nulis puisi. Padahal nggak gampang juga. Hehe..
BalasHapusDengan puisi, kita akan lebih bijak memilih kata2. Teruskan berkarya.
Memang sebaiknya menjadi diri sendiri yang sepenuhnya. Jangan menyesuaikan dengan orang lain meski itu kesayangan kecuali siap dengan konsekuensinya. Apa itu? Tetap tegar meskipun ada yang mengingatkan.
BalasHapusKeren puisinya bisa seepanjang itu. Tapi saya gak bisa memahami karya sastra berupa puisi 🙏😫
BalasHapusPuisinya snagat bagus sekali. Saya belum bisa menulis puisi karena bingung memilih kata yang tepat. :)
BalasHapusDuhai kamu yang sedang dirundung pilu
BalasHapusAirmata adalah teman sejati, adalah yang lebih?
Maka berbahagialah Allah masih meminjamkan telaga itu untukmu.
Salam kasih dan peluk jauh dariku.
Perjalanan kehidupan ya, tapi bener sie kadang kita bertemu orang yang berbeda2 visi ,banyak yang selalu mengadjust kembali lagi sie makin hari makin dikit yang sejalan , akhirnya ya weis jalani sendiri saja. Tapi bener makin dewasa kita makin dikit kawan yg sevisi loh ..
BalasHapusCerita di balik narasinya sangat menarik. Udah serius eh dibawa ama bawang merah haha. Kadang menjadi orang yang sesuai dengan ekspektasi orang memang berat. Tapi kalau soal berubah lebih baik itu tanda taat. Fokusnya ke situ aja InsyaaAllah.
BalasHapus
BalasHapusKayaknya perdebatan tentang kehidupan ya kak... ada yang memilih prinsipnya sendiri mengabaikan yg lainnya... juga sebenarnya tidak ada yg salah dengan prinsip kita tapi penerimaan orang lain yg membuat seakan ada yg salah dengan prinsip kita dan hanya prinsip mereka yg benar
Betul
HapusKeren, kak. Aku merasakan kegetiran dalam beberapa kalimat, seperti "aku akan terus bercerita meski tidak ada yang mendengarkan." Aku pernah berada dalam posisi seperti di kalimat itu. Sedih, sepi, dan terabaikan. Tetap semangat, kak. Semoga hidup kita selalu berjalan baik, ya.
BalasHapusIya kak justru seperti itu yang semakin menguatkan diri kita
HapusDuuh kata katanya nancep banget ya.bagus nih menarasikan kalimat. lanjutkan. hehe
BalasHapusTerima Kasih kak
HapusKak, bikin akun YouTube trs divisualisasikan bakalan nyus banget ini. Serius,
BalasHapusHmm, mirip gurindam ya ini... apa sajak...atau puisi hihi... mungkin juga syair ya... mantul deh catatannya Mbak
BalasHapuskekuatan penulis adalah sangat menyimal lebih dalam seperti halnya sajak atau puisi sungguh dalam bangett
BalasHapusMengolah yang hanya dalam lamunan menjadi sajak dan suara
HapusMaaf kalau ini termasuk fiksi apa non fiksi mba. Aku blm bljar yg lain2 masih belajar artikel...jd msh suka bingung...
BalasHapusFiksi mba
Hapusemmm, menarik, epnerimaan terhadap mereka, bukan terhadap diri sendiri
BalasHapuskok aku ga bisa emnulis dengan bahasa puitis kayak gini yaaa kak
Tulisannya sangat bagus, penyampeanya menarik, dan membuat yang membaca tidak bosan, Kalimat yang aku suka "Kamu mulai berani menyuarakan segalanya
BalasHapusPerlahan, tanpa takut mereka akan menjauhi"
Seorang penulis itu sudah biasa karya di caci maki dan bahkan di puja. Namun semua itu proses untuk menjadikan diri terpacu untuk belajar lebih giat lagi
BalasHapusIya mbak, kuat-kuat memegang nilai dan prinsipnya
HapusAku suka kagum ama yang bisa menulis puisi. Pilihan kata-katanya itu lho. Kok bisa kepikir...Hehe...Mantap kak...Aku kalau puisi harus baca berulang kali, baru bisa menangkap maknanya. Kadang, engga nangkep juga...Berat...
BalasHapusMasya Allah ....By kak ziezie
BalasHapusKak ziezie lofyuu.. Panutankuu
HapusAyo dibacakan biar makin terasa energimu
BalasHapusIri dengan orangorang yang punya keberanian menulis bebas dan lepas seperti ini
Siap mas, terima kasih sarannya
HapusIni puisi tentang respons terhadap kritik kah? Semoga semakin lebih baik dan lebih tangguh berjalan dengan mendengarkan pendapat orang dan tetap punya visi misi sendiri.
BalasHapus